Kabupaten Kepahiang akan terapkan tanam kopi sitem pagar Brazil, untuk tingkatkan produksi buah kopi dan tingkatkan prekonomian petani Kepahiang. |
Sampai saat ini, Indonesia dikenal sebagai negara pemasok biji kopi terbesar ke-4 di dunia. Dengan luas lahan sekitar 1,3 juta hektar, jumlah produksi rata-rata setiap tahun bisa mencapai sekitar 600.000 sampai 700.000 ton biji kopi. Meskipun sudah cukup besar, namun jumlah itu masih tertinggal jauh dari negara Brazil. Brazil mampu menghasilkan sekitar 4 juta ton biji kopi dengan luas lahan separuh dari luas lahan Indonesia.
Hal tersebut juga sama persis yang terjadi saat ini di Kabupaten Kepahiang, setiap hektarnya petani di Kepahiang hanya menghasilkan biji kopi 600 hingga 700 kg perhektarnya. Produksi biji kopi Kepahiang ketinggalan jauh dari Provinsi Lampung yang sudah berhasil menerapkan sistem pagar Berazil, yang perhekatnya sudah menghasilkan biji kopi 3 hingga 4 ton perhektar.
Karyo Fauzan, SP selaku Kepala Bagian Keperkebunan Di Distan Kepahiang mengatakan, Ada tiga faktor penyebab yang menyebabkan hasilnya sangat berbeda. Pertama, kurangnya pengetahuan petani, kurangnya penggunaan pupuk, dan pola tanam yang masih tradisional. Faktor tersebut akan membuat jumlah biji kopi yang dihasilkan kurang, dan dikhawatirkan tidak bisa memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat saat ini.
Sistem tanam kopi di Kepahiang ini, masih menggunakan cara nenek moyang atau tradisional dengan jarak tanam yang masih asal-asalan.
Hal inilah membuat jumlah populasi tanaman kopi per hektar berkurang. Pola tanam kopi tersebut sudah diterapkan sejak dahulu dan secara umum disertai dengan penanaman pohon penaung. Tanaman penaung dianggap para petani berfungsi menjaga kelestarian tanah dan membuat umur tanaman kopi lebih panjang hingga sekitar 30 tahunan.
Sayangnya, pola tanam kopi tersebut juga disertai dengan penggunaan pupuk yang sangat minim. Pemeliharaan tanaman kopi dilakukan sebatas pengetahuan dari tradisi saja. Hal ini membuat produktivitas kopi per hektar di Kepahiang hanya berkisar di angka rata-rata 600 kg hingga 700 kg dari tahun ke tahun.
"Cara tanam petani kopi di Kepahiang saat ini masih menerapkan cara tradisional. Memang sudah tradisi dari dahulu, hal tersebutlah yang menyebabkan petani di Kepahiang susah maju dan ketinggalan dengan Provinsi lain", jelasnya.
Maka dari itu ia katakan, lanjutnya, Peningkatan produktivitas kopi perhektar di Lampung terjadi karena menerapkan pola tanam pagar, yaitu 2,5 x 1 m atau 3 x 0,5 m. Dengan begitu, jumlah tanaman perhektar dapat mencapai sekitar 4000 hingga 7000 batang. Lampung juga menerapkan pemupukan tepat dosis dan tepat jenis yang disertai pemeliharaan secara baik dan benar.
"Kita juga bisa menyusul Lampung yang sudah menerapkan sistem pagar Brazil asalkan para petani mau melakukan revolusi pola tanam, meningkatkan pengetahuan terkait pemeliharaan tanaman, dan memberikan pupuk sesuai dosis dan jenis yang dianjurkan. Hal tersebut juga tidak terlepas dari pendampingan dari kita selaku pihak yang berkaitan dengan sistem tersebut", pungkasnya.(aa)
Post a Comment
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE. Sebelum memberikan komentar silahkan follow
Kepahiang News terlebih dahulu.